Jumat, 26 November 2010

Guru Dituntut Tingkatkan Profesionalitas





GURU - Mendiknas M Nuh saat diwawancarai pasca upacara peringatan Hari Guru Nasional 2010, di Kemdiknas. Foto: Nicha Ratnasari/JPNN.
JAKARTA - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh meminta agar para guru di seluruh Indonesia dapat lebih meningkatkan profesionalitas. Hal ini katanya, mengingat guru memiliki posisi strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan.

"Profesionalitas itu juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru menguasai bahan-bahan ajar," ungkap Mendiknas, ketika ditemui usai upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-16 di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Kamis (25/11).

Peringatan HGN kali ini sendiri diberi tema "Memacu Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan Guru yang Profesional, Bermartabat, dan Sejahtera". Sementara subtemanya adalah 'Meningkatkan Profesionalisme, Kesejahteraan dan Perlindungan Guru melalui Organisasi Profesi Guru yang Kuat dan Bermartabat'. Dalam peringatan HGN ini, Mendiknas pun menjelaskan bahwa ada empat ranah profesionalisme guru yang harus ditingkatkan, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesi. "Empat ranah itu yang harus dinaikkan terus-menerus," katanya.

Mendiknas pun menyampaikan, guru dalam menjalankan profesinya juga harus mendapatkan perlindungan. Kerja dan dedikasi guru, kata Mendiknas, juga harus dihargai dengan meningkatkan kesejahteraannya. "Profesi, martabat, dan kesejahteraannya terjaga. Dengan tiga hal itu, ke depan, guru diharapkan bisa memerankan tugas utamanya," jelas mantan Rektor ITS ini.

Lebih jauh, Mendiknas menambahkan bahwa ada tiga tugas utama bagi seorang guru, yaitu mengajarkan ilmu, membentuk kepribadian dan karakter yang mulia, serta menanamkan rasa optimisme, cita-cita dan pikiran positif. "Kalau itu bisa dilakukan, Insya Allah, sekolah akan menjadi kebun ilmu dan rumah pembentuk kemuliaan kepribadian," imbuhnya pula.

Peringatan HGN ini pula, lanjut Mendiknas, merupakan saat yang tepat untuk melakukan kontemplasi, perenungan, atau refleksi diri terhadap langkah panjang yang telah dilalui, khususnya terkait dengan cita-cita awal yang mendorong lahirnya HGN. Sebuah cita-cita yang saat itu dikobarkan dengan semangat kesediaan diri setiap insan guru Indonesia, untuk memberikan lebih dari kewajibannya dan menerima kurang dari hak-haknya.

"Dengan keyakinan bahwa pemberian yang lebih dan penerimaan yang kurang itu dijadikan sebagai investasi kemasyarakatan, yang Insya Allah pada saatnya akan diperoleh kemanfaatan yang jauh lebih besar," paparnya. (cha/jpnn)
Sumber: jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar